Kanopi – Memperingati Sumpah Pemuda 28 Oktober 2018, Kanopi bersama Tim Energy Camp yang terdiri dari para relawan mulai dari aktivis kampus hingga Aliansi Anak Kos (AAK) mengemas agenda seru dan kreatif yang diberi nama “Energy Camp 2018”.

Apa itu energy camp? Seperti makna dua kosa kata yakni “energy” dan “camp” berarti ada acara nge-camp dan membahas tentang energi. Energi tidak bisa lepas dari kehidupan kita sehari-hari. Semua aktivitas manusia berkaitan dengan energi.

Bahkan untuk nge-cas hp dan main gadget untuk bermedsos ria perlu yang namanya energi listrik. Ini menunjukkan betapa energi sudah menjadi mahluk vital bagi kehidupan kekinian masyarakat.

Namun, kita sebagai generasi muda yang dikatakan millenial wajib tahu dari mana asal sumber energi yang kita gunakan sehari-hari. Bengkulu saat ini menggunakan energi listrik yang dominan disuplai dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Musi yang berada di Kepahiang.

Selain itu, aliran energi litrik juga dipasok dari PLTA Tes di Kabupaten Lebong dan sebagian lain masih dipasok menggunakan listrik tenaga diesel yang membakar minyak bumi.

Untuk menambah listrik, saat ini pemerintah sedang menggalakkan program penambahan daya sebesar 35 ribu Megawatt untuk seluruh Indonesia. SAYANGNYA, hampir 60 persen sumber listrik itu direncanakan dihasilkan dari pembakaran batu bara.

Padahal sudah kita ketahui, pembakaran batu bara adalah penyumbang utama emisi gas rumah kaca yang membuat suhu bumi terus meningkat sehingga mengakibatkan pemanasan global. Karena emisi yang dihasilkan dari pembakaran itu maka disebut batu bara adalah energi kotor.

Suhu bumi yang terus meningkat akan berimbas negatif bagi kelangsungan mahluk yang ada di dalamnya, termasuk manusia, https://www.voaindonesia.com/a/ilmuwan-peringatkan-bahaya-besar-pemanasan-global/4604982.html, http://travel.tribunnews.com/2018/09/30/lapisan-es-di-antartika-terancam-mencair-akibat-pemanasan-global, https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/kesehatan-mental-bisa-terganggu-perubahan-iklim, https://life.trubus.id/baca/22663/8-kota-ini-paling-berisiko-tenggelam-akibat-perubahan-iklim, https://www.liputan6.com/tekno/read/3618584/5-penyakit-berbahaya-akibat-pemanasan-global.

Dengan berbagai ancaman yang disebutkan, ternyata tidak membuat pemerintah peduli. Pembakaran batu bara untuk listrik terus saja ditambah. Padahal di sisi lain, Indonesia termasuk Bengkulu adalah surga energi terbarukan antara lain tenaga matahari, angin, air hingga gelombang.

Fakta-fakta ini seharusnya sudah lebih dari cukup untuk kita berfikir dan bertindak bersama untuk mengingatkan pemerintah agar menghentikan produksi listrik dari energi kotor batu bara.

Lewat diskusi ceria dan berbagai kegiatan lain seperti nonton bareng hingga outbond dan sesi bercerita dengan warga, kita akan mendiskusikan bagaimana seharusnya pemerintah memenuhi kebutuhan energi kita tanpa mengorbankan masa depan bumi, yang juga adalah masa depan kita.

Camping dan diskusi ceria ini akan diadakan di Teluk Sepang pada 26-28 Oktober 2018. Ada enam orang pematik diskusi yang akan bergabung dengan kita di Energy Camp yaitu Professor Iskandar dari Universitas Bengkulu, Agus Priambudi Kepala Dinas LIngkungan Hidup dan Kehutanan, Mba Hindun Mulaika dari Greenpeace, Pak Hamidin pejuang lingkungan Teluk Sepang, Nurkholis Sastro dan Ali Akbar, aktivis lingkungan.

Ayo, tunggu apa lagi, segera bergabung dengan kami ya! Narahubung bisa dikontak atas nama Hendra Al Asad (085788757652) dan Sony Taurus (085273762037).