Bengkulu (Antaranews Bengkulu) – Ketua Kanopi Bengkulu, Ali Akbar mengatakan bahwa Bengkulu merupakan surga energi terbarukan yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan listrik daerah itu.

“Bengkulu itu surga energi terbarukan, jadi ini soal pilihan dan kemauan politik untuk mengembangkannya sebagai sumber energi,” kata Ali saat berunjuk rasa menolak proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara di bundaran Simpang Lima Kota Bengkulu, Selasa.

Ali mengatakan potensi yang melimpah disertai dengan perkembangan teknologi saat ini membuat ongkos atau biaya pengembangan energi terbarukan semaki murah.

Hal ini mematahkan asumsi bahwa PLTU batu bara layak dikembangkan di Indonesia, termasuk Bengkulu dengan alasan batu bara lebih murah.

“Melihat kerusakan yang ditimbulkan mulai dari hulu di mana batu bara itu ditambang, maka biaya PLTU batu bara sangat mahal akan ditanggung masyarakat dan negara,” kata dia.

Kerusakan lingkungan yang disebabkan PLTU batu bara terutama polusi udara membuat sumber energi ini sudah ditinggalkan di banyak negara, termasuk Tiongkok dan India.

Ironisnya, pemerintah Indonesia justru berencana menambah ribuan megawatt listrik dari pembangkit berbahan bakar batu bara.

“Ini soal kemauan dan pilihan politik. Kami mendesak pemerintah untuk memikirkan masa depan rakyat karena kami tidak mau terpapar polusi,” ucapnya.

Saat ini saja lanjut Ali, Bengkulu masih bergantung pada listrik tenaga air dari PLTU Musi dan Tes yang dapat dikembangkan secara berkelanjutan.

Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Bengkulu, Zulfan Harahap dalam orasinya meminta pemerintah daerah lebih bijak memilih sumber energi untuk masa depan yang lebih baik.

Karena itu, para aktivis lingkungan dan mahasiswa yang bergabung pada Aliansi Tolak Paru Hitam itu menuntut pemerintah menghentikan proyek energi kotor batu bara dan beralih mengembangkan energi terbarukan.