Kanopi – Jurukampanye Iklim dan Energi Greenpeace, Didit Haryo berkesempatan hadir dalam diskusi kritis “Energy Camp 2018” yang digelar Kanopi Bengkulu di lapangan Kelurahan Teluk Sepang, Kota Bengkulu pada 26-28 Oktober 2018.
Dalam penjelasannya, Didit berbagi pengalaman tentang advokasi masyarakat dalam melawan proyek energi kotor PLTU batu bara di sejumlah wilayah di Pulau Jawa.
Adapun fakta-fakta yang ditemukan di sekitar provek PLTU batu bara :
- Sejak awal tidak ada perusahaan yang membangun PLTU batu bara berani jujur dengan masyarakat di sekitarnya.
- Kalau mereka jujur dan masyarakat tahu dampaknya maka mereka (PLTU batu bara) akan mendapat perlawanan dengan keras
- Sejak awal tidak ada niat baik perusahaan memberitahukan dampak buruk PLTU batu bara (termasuk PLTU Teluk Sepang, Bengkulu)
- Mahasiswa punya waktu mencari tahu dampak PLTU batu bara itu seperti apa, tapi tidak bergerak.
- Proses pembodohan dan penipuan sejak awal terjadi.
- Pemilik proyek PLTU batu bara selalu berjanji manis di awal, misalnya akan menyedot tenaga kerja. Contoh masyarakat Celukan Bawang di Bali, sedang melawan PLTU batu bara yang sudah berdiri dan satu lagi dibangun. Saat ini 80 persen pekerja PLTU di Bali bukan warga lokal dan juga bukan warga Indonesia. Instrumen didatangkan dari china, berbahasa china.
- PLTU batu bara yang investornya berasal dari China dominan tenaga kerjanya juga dari China
- Jepara tercatat penderita HIV tertinggi kedua di Jawa Tengah
- Paiton penyumbang penderita HIV tertinggi di Jawa Timur.
- Pekerja dari luar wilayah proyek memiliki kebutuhan khusus yang difasilitasi, diciptakan kebutuhan mereka, prostitusi. Situbondo awalnya wilayah santri sekarang jadi lokasi prostitusi.
- Di Jepara jangan terkejut ada pemandangan di mana perempuan memakai kaos dengan nomor telepon di belakang. Tinggal telepon untuk memenuhi kebutuhan biologis.
- Masyarakat Batang awalnya bersatu saat ini tercerai-berai karena PLTU batu bara
- Hubungan sosial antar-warga hilang dan sifat individualistik muncul
- Sayangnya, di banyak tempat, masyarakat kelas terdidik termasuk mahasiswa sama sekali tidak peduli dengan kondisi masyarakat sekitar PLTU batu bara.