Poin-Poin Respon Gerakan #BersihkanIndonesia atas debat ke-2 Capres

1. Strategi Transisi Energi Tidak Jelas
Kedua capres menyampaikan akan mengurangi energi fosil, namun sampai akhir debat tidak menyampaikan atau menyiratkan strategi mencapai pengurangan energi fosil ini. Mereka terpaku pada pengembangan biodiesel/bioetanol. Padahal sudah ada celah pembahasan soal energi terbarukan saat muncul video dampak lubang tambang akibat batu bara, namun tidak ada sama sekali mengaitkan soal energi terbarukan. Tetap saja mereka fokus pada isu infrastruktur, dan tidak ada mekanisme yang jelas untuk transisi energi.

2. Persoalan Perubahan Iklim Belum Mengemuka
Menurut laporan IPCC, tinggal 12 tahun waktu dunia untuk mengubah pola produksinya yang boros emisi, termasuk Indonesia. Hanya 3 presiden yang punya kesempatan untuk menyelamatkan bumi dari ancaman perubahan iklim. Siapapun presidennya, dia punya waktu 4 tahun, atau sepertiga langkah, untuk merintis pathways dekarbonisasi yang lebih ambisius. Sayang, hal ini tidak nampak dalam debat semalam. Padahal Indonesia, merupakan salah satu penghasil emisi terbesar dunia, dan salah satu negara yang akan mengalami akibat perubahan iklim dengan sangat hebat. Selain itu, di tingkat global, perubahan iklim merupakan ancaman lingkungan terbesar.

3. Pembangunan yang Berkelanjutan Ternyata Bukan yang Utama
Sampai dengan akhir debat, kedua capres tidak menarik ke atas semua isu pembahasannya menjadi sustainable development. Sementara untuk mencapai Indonesia Maju dan Indonesia Menang yang notabene memerlukan kemajuan ekonomi secara berkelanjutan maka seharusnya mereka berdua menyampaikan kekuatan sustainable development.

4. Pembiaran Lubang Tambang Harus Dihentikan
Penanganan dampak batubara berupa lubang-lubang tambang yang memakan korban tidak menjadi prioritas kedua capres. Rehabilitasi sisa aktivitas membutuhkan langkah-langkah pemulihan lingkungan. Menjadikannya tempat wisata, sementara ada residu dampak tambang, bukan solusi nyata, bahkan cenderung berbahaya. Perusahaan tambang perlu dituntut pertanggungjawabannya oleh negara. Ke depan, merekalah yang seharusnya menanggung beban rehabilitasi lingkungan pasca kegiatan eksploitasi tambang.

5. Industri 4.0: Pintu Revolusi Energi Terbarukan
Pembahasan mengenai Industri 4.0 seharusnya bisa menjadi entry point untuk membahas energi terbarukan, mengingat di era 4.0 teknologi energi terbarukan akan terjadi disrupsi cara kita menghasilkan dan menggunakan listrik. Teknologi surya atap, baterai, mobil listrik, smart home system akan menjadi murah, Tapi Indonesia akan ketinggalan apabila masih terus menerus mengutamakan batubara—tidak akan tercipta industri energi bersih, tidak akan tercipta lapangan kerja energi bersih dan Indonesia akan ketinggalan dibandingkan negara lainnya bahkan di kawasan ASEAN.

6. Penanganan Pencemaran Udara di Kota Masih Tanda Tanya
Isu lingkungan di perkotaan seperti pencemaran udara dari sumber energi sama sekali tidak diangkat padahal sepanjang tahun 2018 media ramai memberitakan isu pencemaran udara di Jakarta dan Palembang menjelang Asian Games. Padahal pencemaran udara dari energi fosil mengancam kesehatan dan produktivitas masyarakat.

7. Penghentian Kriminalisasi Aktivis Lingkungan dan HAM Terlupakan
Tidak ada poin yang membahas soal kriminalisasi atas aktivis lingkungan dan perlindungan terhadap aktivis lingkungan yang memperjuangkan hak masyarakat. Tidak ada pembahasan soal penegakan hukum lingkungan dan pemidanaan korporasi yang melakukan pengrusakan lingkungan menjadi dugaan kuat adanya kekuatan oligarki dari tambang dan perusahaan ekstraktif yang mempengaruhi kebijakan kedua pasang capres. Perjuangan menyelamatkan lingkungan semakin berat, karena kedua paslon dikelilingi oleh aktor-aktor yang bermain pada isu batubara, artinya dengan kondisi seperti ini sangatlah wajar jika isu energi kotor tidak menjadi isu utama dalam debat.

8. Milennial, Greenjobs, Unicorn, dan Energi Terbarukan
Dengan banyaknya jumlah pemilih muda, termasuk pemilih pemula yang akan menggunakan hak pilihnya dalam pemilu nanti, sayangnya kedua calon presiden tidak mengutarakan hal-hal mampu lebih menarik hati pemilih muda. Padahal pengembangan energi terbarukan berpotensi untuk memperbanyak jumlah green jobs atau lapangan kerja yang lebih ramah lingkungan. Begitupun soal teknologi energi terbarukan yang terus berkembang menjadi menarik bagi pemilih muda sebagai harapan untuk bersama-sama memajukan Indonesia.

Isu unicorn yang menjadi isu terdekat dengan anak muda pun kurang tereksplorasi dengan baik. Jadi kita sebagai anak muda perlu menagih lagi janji-janji kedua paslon yang katanya menargetkan kaum milenial dan mengawal target Indonesia Bersih dan Berkelanjutan pada saat salah satunya menjadi pemimpin negara ini

Dapat disimpulkan, kedua kandidat presiden tidak memiliki komitmen yang kuat untuk membawa Indonesia menuju negara berdaulat energi dengan sumber utama energi terbarukan yang melimpah di negeri ini. Penambahan energi listrik dari PLTU batu bara sebesar 7.004 MW yang dibangun di sejumlah wilayah di Pulau Sumatera termasuk Bengkulu akan memperburuk kualitas lingkungan dan terutama kesehatan serta perekonomian masyarakat.

Juru Bicara #BersihkanIndonesia:
a. Verena Puspawardani (Coaction Indonesia) – 081398272690
b. Bondan Andriyanu (Greenpeace Indonesia) – 08118188182
c. Melky Nahar (JATAM) – 081319789181
d. Irfan Toni Herlambang (350.org Indonesia) – 08129900088
e. Olan Sahayu (Kanopi Bengkulu) – 085832649417
f. Hairul Sobri (Walhi Sumsel): 081278442402