Bahan Belajar

Membangun Kesepahaman Parapihak dalam Pelestarian Bukit Daun sebagai Sumber air, Penjaga stabilitas Iklim Mikro serta Mendorong  Inisiatif Awal dalam  Keadilan Distribusi listrik

Oleh: Yayasan Kanopi Bengkulu

Latar Belakang

Serangkaian kegiatan mulai dari konsolidasi data dan informasi terkait aktivitas yang berada dalam kawasan bukit daun seperti, menakar relasi antara bukit daun dengan warga serta melakukan komunikasi awal dengan pemangku kepentingan seperti Dinas kehutanan, Kantor pengelola hutan lindung (KPHL) Selupu Rejang, Dinas kehutanan, Sekretariat Daerah Serta Pusat listrik Negara curup Kabupaten Rejang lebong, sudah dilaksanakan.

Hasil dari serangkaian kegiatan tersebut menunjukan bahwa:

  1. Pada level warga, posisi  politik dalam menjalankan agenda pelestarian bukit daun masih sebatas obyek dari berbagai pelaksanaan program. Beberapa contoh seperti program kebun bibit Rakyat yang  dilaksanakan oleh  Balai Pengelola Daerah sungai ketahun, dimana warga desa Air bening mendapatkan satu project. Begitupun dengan pelaksanaan projek lainnya seperti HKm Pengetahuan warga atas aktivitas yang dilaksanakan oleh PT Pertamina Geothermal Energy (PT. PGE) baru sebatas  informasi awal tentang rencana dari PT. PGE yang akan membangun listrik dengan menggunakan panas bumi. Berdasarkan hasil diskusi dan pertemuan yang dilaksanakan menyatakan bahwa tidak ada peningkatan pengetahuan yang signifikan terkait geothermal.
  2. Pada level pemangku kepentingan, Aktivitas yang dilksanakan oleh PT PGE yang melakukan ekploitasi panas bumi diwilayah bukit daun. Dipandang sebagai suatu hal yang biasa saja dan cenderung memunculkan debat destruktif, pemerintah, baik dari pemangku teknis seperti BLH, KPHL, Sekretariat Daerah melihat project ini sebagai project nasional yang semua instrument dilaksanakan melalui mekanisme sentralistik

Bukit daun, sumber air utama warga.

Bahan Belajar   temu pemangku Rejang Lebong.docx   Google Docs

Berdasarkan letak geografis, kawasan hutan bukit daun yang berada diantara taman nasional kerinci seblat dan taman nasional bukit barisan selatan merupakan jembatan ekologis yang berfungsi sebagai penghubung dan yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai koridor bagi beberapa satwa kunci seperti kucing hutan, dan beberapa habitat lainnya.

Karena keberadaannya sebagai jembatan ekologis, hutan bukit daun mempunyai fungsi dalam mitigasi perubahan iklim berbasis lahan. Fungsi ini diutamakan karena pintu akses kawasan hutan bukit barisan paling mudah melewati melewati hutan bukit bukit daun. Keselamatan kawasan ini merupakan salah satu jaminan keselamatan hutan secara keseluruhan di wilayah Bengkulu.

Hutan lindung bukit daun merupakan salah satu hutan lindung di provinsi Bengkulu yang mempunyai peranan penting dalam pengaturan tata air tanah dan perlindungan lingkungan yakni merupakan sumber mata air dan daerah tangkapan air beberapa sungai besar seperti Sungai Musi, Sungai Ketahun dan Sungai sebelat (Bappeda Provinsi Bengkulu, 2006). Selain itu Hutan Lindung Bukit Daun merupakan tempat tinggal satwa liar.

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan pengumpulan data meja, diketahui bahwa bukit daun adalah bukit yang memiliki bebukitan batu cadas dan campuran antara batuan dan tanah. pada puncak bukit terdapat danau dengan luasan tidak kurang dari 4ha. Tipe seperti ini serupa dengan gunung tujuh di kawasan kerinci. Pada wilayah batu cadas menjadi hulu sungai yang diduga merupakan rembesan dari danau yang berada dipuncak bukit. Rembesan melalui celah batu ini yang kemudian menjadi sungai penyedia air bagi kehidupan warga.

Hutan Lindung Bukit Daun menjadi jantung irigasi persawahan serta kebutuhan sehari-hari baik warga sekitar hutan. Terdapat 200 ha pertanian palawija, 300 ha sawah yang keselamatannya bergantungkan pada keselamatan Hutan Lindung Bukit Daun dalam menjaga kestabilan air, hara dan iklim daerah tersebut.

Desa Air Bening memiliki 517 Kepala Keluarga terdiri dari 2900 jiwa, Desa Bangun jaya memiliki 286 kepala keluarga terdiri dari 1118 jiwa dimana ada 554 jiwa perempuan dan 564 jiwa laki-laki. di desa Sumber Rejo sebanyak 345 kk dengan total jiwa sebanyak 1279 jiwa dimana sebanyak 684 jiwa laki-laki dan 595 jiwa perempuan.

Bahan Belajar   temu pemangku Rejang Lebong

Dari gambaran 3 desa tersebut minimal ada 5000 orang lebih yang beraktivitas dan bergantung kepada kesalamatan hutan bukit daun  dapat dibayangkan dengan pendekatan dua kecamatan (bermani  ulu raya)

Organisasi perempuan terutama yang berada di desa air bening adalah potret keberdayaan perempuan dalam membangun gerakan usaha pemenuhan kebutuhan hidup. Pola ganti hari pada usaha yang mereka lakukan dengan menggunakan mekanisme berbayar merupakan modifikasi dari gotong royong konvensional yang selama diterapkan.

Selain ditujukan guna mendapatkan tambahan pendapatan, Ganti hari berbayar ditujukan untuk mengeliminir kecurangan yang dilakukan oleh anggota organisasi yang tidak mau terlibat dalam usaha gotong royong yang mereka lakukan.

Kedepan masih diperlukan dukungan bagi organisasi perempuan ini dengan tujuan terutama terkait hal-hal yang berhubungan dengan penguatan organisasi dan serta membangun posisi tawar mereka dalam setiap gerakan pembangunan desa yang dilakukan.  

Geothermal, Potensi Lain yang Mulai Digali

Selain sebagai penyuplai air serta penjaga stabilitas iklim mikro bag, bukit daun juga menyimpan potensi lain yang tidak kalah pentingnya. Berdasarkan hasil penelitian bukit daun dapat menjadi suplai tenaga listrik paling tidak 100 MW. Dapat dibayangkan berapa besar keuntungan yang akan diperoleh jika pembakar tanpa batas ini dapat di manfaatkan secara optimal.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Bengkulu tergabung dalam wilayah Sumsel, Jambi dan Bengkulu (WS2JB). Dengan pusat komando ada di Palembang, Faktanya instalasi pembangkit terbesar di Provinsi Bengkulu  (PLTA Ulu musi) dengan kapasitas 3 x 70 Megawatt terkoneksi ke jaringan Sumatera dan diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan industri.

Propinsi Bengkulu saja sekarang ini membutuhkan total energy listrik sebesar 400 MW yang berasal PLTA, PLTD dan berasal dari jaringan koneksi Sumatera Selatan, berdasarkan data propinsi Bengkulu sekarang ini Bengkulu berada pada titik 85% terkoneksi jaringan listrik. Hal berarti jaringan listrik telah mencapai angka 85% (draft RPJMD prop 2016)

Berdasarkan badan pusat statistik kebupaten Rejang lebong mencatat tahun 2013 ada sebesar * 75,527,134 KWH daya listrik terjual. Pada tahun 2015 PLN telah melakukan 63 ribu lebih sambungan ke pelanggan listrik. Dapat di bayangkan berapa kebutuhan daya untuk menghidupkan.

Hasil penghitungan sederhana yang perbandingn antara jumlah keluarga dan jumlah sambungan menggambarkan bahwa  kepala keluarga (KK) Di Rejang Lebong pada tahun 2015 sebanyak 64 901, maka masih ada sekitar 2000 KK yang belum teraliri listrik. Tentu saja pernyataan ini tidak valid karena tidak  ada jaminan setiap keluarga tinggal secara mandiri, akan tetapi ini dapat menjadi salah satu pedoman bahwa deficit titik sambungan. Faktanya dengan jumlah titik sambungan tersebut proses pemadaman bergilir secara rutin terjadi.

Dari gambaran sederhana tersebut, maka pemerintah kabupaten Rejang lebong seharusnya mendudukan bahwa urgensi keberadaan listrik harus menjadi skala prioritas untuk dikembangkan. Keberadaan PLTP yang sekarang ini sedang disiapkan uap panasnya oleh PT PGE, seharusnya membuat pemerintah kabuapten Rejang lebong mengambil langkah strategis agar keberadaan PLTP berguna bagi  masyarakat dalam membangun rejang yang terang.

Namun dari beberapa diskusi yang dilakukan di kalangan pemerintah, kesimpulan dangkal yang bisa petik adalah masih ada “gap” antara nasional, propinsial dan kabupaten. Sebagai proyek nasional, PLTP tidak menjadi sorotan bagi pemangku di Kabupaten Rejang lebong. Hal ini mungkin saja karena semua perangkat baik sarana maupun prasarana disediakan secara mandiri oleh pelaksana proyek dalam hal PT PGE.

Namun berdasarkan diskusi dengan pemangku PERTAMINA pada level nasional mereka sebenarnya membuka diri jika ada inisiatif dari daerah terkait pelaksanaan program. Kasus PLTA Ulu Musi yang mayoritas dayanya di kirim keluar seharusnya menjadi pembelajaran bahwa diperlukan tindakan dari daerah untuk mengantisipasi jangan sampai wilayah penyedia daya tidak tercukupi kebutuhannya.

PENUTUP

Pada jenis komoditas yang berbeda (Listrik) Penggunaan geothermal sedikit banyaknya akan berpengaruh terhadap pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Relasi antara PLTA Tes dengan PLTP hulu lais untuk jangka panjang dikuatirkan akan buruk. Karena wilayah tangkapan air PLTA Tes dijadikan sebagai titik pusat pengeboran. Setidak lebih dari seratus hektar luasan kawasan hutan hilang fungsi hidrologisnya. Belum lagi dampak yang ditimbulkan akibat aktivitas perusahaan listrik seperti mobilisasi manusia, transportasi dan kegiatan lainnya yang akan berpengaruh terhadap keselamatan bukit daun.

Seperti halnya PLTA, PLTP-pun guna menghasilkan daya juga memerlukan sumber daya air yang tinggi. Keberadaannya dihulu menyebabkan PLTP memiliki peluang lebih dibandingkan dengan PLTA yang berada di wilayah hilir. Akan tetapi proses ekplpoitasi air pada wilayah hulu akan berdampak kepada semakin cepatnya penggunaan air. Hal ini akan berdampak kepada ketersediaan air akan semakin terancam.

fenomena lainnya adalah model interkoneksi yang sekarang ini menjadi trend dalam distribusi listrik sejatinya telah menimbulkan persoalan tersendiri. PLN selalu pelaku bisnis listrik Indonesia pada kenyataan lebih mengutamakan industri-industri besar dibandingkan kebutuhan warga. Fakta bahwa Bengkulu memiliki PLTA Ulu Musi dengan kapasitas 3 X 70 MW, masih tetap mengalami deficit listrik. Hal ini disebabkan oleh mayoritas daya di sambungkan ke jaringan sumatera.

Banjir longsor yang terjadi di Hulu Lais yang menyebabkan korban jiwa sebanyak enam orang, kerugian matrial PT PGE dengan kisaran angka 500M, serta kerugian warga yang tidak dapat dihitung, seharusnya menjadi basis pengetahuan dalam menjalankan aktivitas pembangunan pusat listrik tenaga panas bumi. Fakta bahwa keberadaan posisi terbaik tempat pengambilan energy panas bumi berada pada wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi. Mengharuskan adanya penggunaan teknologi yang tepat

Pembangunan jalan yang telah merubah bentang alam bukit daun dapat dipastikan akan berdampak kepada adanya gangguan terhadap sistem hidrologis.  Pemadatan tanah yang akan mematikan porositas akan berdampak kepada adanya pemusatan jumlah air pada satu titik. Dengan tingkat keteguhan bukit daun yang tidak terlalu baik, maka banjir longsor akibat pembukaan lahan akan tetap menjadi ancaman.