Jakarta, 30 Maret 2020
Pandemi virus telah merenggut korban jiwa dan meluas ke banyak negara. Tak ketinggalan Indonesia.
Pandemi ini mendorong kita menyadari bahwa persoalan lingkungan hidup menjadi penting untuk diperhatikan, dan industri ekstraktif kita harus berubah dengan menahan laju eksploitasi ke wilayah baru yang sebelumnya tidak banyak interaksi manusia dengan alam. Ekspansi ke wilayah wilayah baru seperti hutan yang sebelumnnya tidak banyak dimasuki manusia mendorong interaksi binatang yang menjadi vector/pembawa virus dan mikro organisme lainnya ke tubuh manusia.
Ilmuwan menyebutkan kegiatan berkaitan dengan hutan, termasuk penebangan kayu, pertambangan, perburuan, dan aktivitas rekreasi membuat manusia terpapar kepada sumber pernyakit (pathogen) manusia belum memiliki kekebalan (Eric Chivian, Center for Health and the Global Environment at Harvard Medical School), seperti dituliskan dalam buku The Biogeopraphy of Host-Parasite, diedit Serge Morand (Universitas Montpellier II, Prancis) dan Boris R Krasnov.
Jurnalis lingkungan Katarina Zimmer[1] menyatakan sebanyak 60% infeksi penyakit baru di manusia termasuk HIV, Ebola, dan Nipah—semuanya berasal dari binatang hutan—sebagian besar disebarkan oleh binatang liar.
Kegiatan pertambangan mendesak penduduk di sekitar hutan berpindah ke daerah lebih pelosok, dan bertahan hidup dengan mengkonsumsi hewan liar. Hal ini meningkatkan warga terpapar oleh penyakit dari patogen baru.
Perkumpulan AEER menilai, pandangan para ilmuwan ilmuwan ini dapat menjadi masukan pemerintah untuk menahan dan membatalkan ekspansi usaha pertambangan, perkebunan ke daerah hutan alam mencegah timbulnya peyakit baru ditengah interaksi dan pergerakan manusia yang tinggi dan cepat sehingga membuat penyakit baru berkembang cepat.
Perkumpulan AEER juga mengingatkan, bantuan-bantuan mengatasi virus corona baru (covid-19) yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan berbasiskan ekstraktif tidak seharusnya mendorong pemerintah meringankan aturan lingkungan hidup, seperti kemudahan ekspansi ke hutan alam dan pembuangan limbah ke laut, karena hal ini meningkatkan kerentanan manusia mengalami penyakit baru, seperti yang kita alami saat ini dengan pandemi covid-19. Karena covid-2019 terkait dengan penyakit sistem pernafasan, pemerintah perlu memberikan perhatian khusus buat komunitas yang selama ini terpapar polusi udara, diantara warga yang tinggal dekat dengan daerah PLTU. Bantuan berupa masker, asupan gizi untuk menjaga imunitas dan edukasi lingkungan perlu ditingkatkan ke warga rentan ini karena berada di daerah yang udaranya selama ini buruk.
Kontak :
[1] https://www.nationalgeographic.com/science/2019/11/deforestation-leading-to-more-infectious-diseases-in-humans/