SEBUAH REFLEKSI ARTI SUMPAH GERAKAN PEMBEBASAN BAGI PEMUDA BENGKULU
OLEH KANOPI BENGKULU
LATAR BELAKANG
28 OKTOBER 1928, momentum pemuda Indonesia untuk meletakan dasar bernegara, tegas dan vulgar pernyataan bangsa yang di selimuti oleh bahasa dan tanah air adalah perpaduan instrument yang sempurna dalam suatu tataran posisi politik pemuda Indonesia.
Sumpah ini sendiri menjadi dasar dari gerakan kemerdekaan dimana pemuda menjadi tulang dari semua aktivitas menuju bangsa yang berdaulat. Perseteruan antara pemuda dengan generasi terdahulu yang dipandang lamban dan terlalu banyak pertimbangan pada akhirnya juga dimenangkan oleh kaum muda dengan melakukan sedikit tekanan cerdas kepada Ir. Soekarno untuk mensegerakan kemerdekaan negeri ini.
Rezim Soeharto juga ditumbangkan oleh kaum muda yang menyatakan bahwa soeharto telah gagal membuat negeri ini menjadi negeri yang berdaulat, adil dan makmur. Tidak sampai disitu kaum muda secara perlahan tapi pasti mulai menduduki posisi politik penting dengan memberangus sistim kekuasaan yang semakin dalam masuk kedalam jurang kroni.
Namun dalam perjalanannya, ketika Negara dalam hal pemerintah terlalu mengandalkan pemodal dalam membangun negeri ini, posisi politik rakyat semakin lemah, rakyat hanya menjadi bagian kecil dalam mengisi laju kenegaraan. Politik transaksional membuat setiap prose pemilihan tampuk pemerintahan menjadi ajang demokrasi semu tanpa kualitas. Rakyat berada di tengah dua gulungan ombak besar, ombak pemerintah dan ombak pemodal.
Gerakan politik kepemudaan independen yang menyuarakan keselamatan sumber-sumber kehidupan semakin sepi peminat, pemuda tidak lagi menjadi icon perubahan akan tetapi justru menjadi bagian dari gulungan ombak kekuasaan.
Petani sudah hampir tidak memiliki tanah, petani menjadi buruh pada perusahaan-perusahaan perkebunan sawit dan menjadi buruh pada perusahaan tambang. Tanah tersisa dibangun mekanisme plasma dan secara jelas dikuasai oleh perusahaan. Bahkan transmigrasi yang sejatinya diberi tanah juga tak luput dari penguasaan korporasi.
Nelayan bekerja dengan risiko semakin tinggi, cuaca ekstrim telah membuat mereka mengalami masa tangkap yang semakin sedikit. di perairan pelabuhan yang sebelumnya berlimpah sekarang ini seperti hilang ditelan bumi.
Pada ruang yang berbeda, bencana ekologi menjadi informasi actual, berita-berita mengulas secara detail setiap bencana terjadi, Namun tindakan strategis untuk mengurangi risiko dari tiap-tiap bencana masih sebatas jargon.
BATUBARA DAN PENINGKATAN PERADABAN
Belum selesai dengan membaca dan memberikan respon atas semua ancaman yang datang bertubi-tubi, sekarang ini akan dilaksanakan pula proyek pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batubara. Semua maklum, sejarah mencatat bahwa batubara adalah peletak utama dalam revolusi industry diplanet ini, ekonomi tumbuh dengan pesat, mesin-mesin diciptakan dan banyak lagi kemajuan-kemajuan baik dalam bidang transportasi, listrik dan lainnya.
Namun seiring dengan waktu, batubara yang sejatinya telah memajukan “peradaban” ini juga secara nyata memberikan pengaruh buruk bagi keseimbangan lingkungan, abu terbang yang merupakan hasil langsung dari pembakaran telah menyebabkan laju kerusakan lingkungan yang memberikan pengaruh buruk bagi mahluk hidup. Hujan asam, berkembangnya resistensi penyakit serta yang menurunkan produktivitas manusia.
Pungkasan dari dampak pemanggangan batubara menyebabkan perbahan iklim. Tidak kurang dari 40% gas rumah kaca yang telah dilepaskan ke udara dalam bentuk carbon monosida dan serta senyawa penyebab GRK lainnya telah disumbangkan oleh batubara.
Di Indonesia , dampak pemanggangan batubara telah dirasakan oleh warga terutama yang tinggal dsekitar PLTU. Suralaya yang merupakan PLTU tertua di Indonesia berdasarkan hasil pengamatan telah menyebabkan pencemaran abu terbang yang melebihi ambang batas,di Batang konflik pembebasan tanah yang akan menjadi tempat PLTU didirikan juga membuat persoalan sendiri, serta beberapa wilayah lain dimana PLTU didirikan telah menyebabkan penurunan kualitas hidup warga.
Bengkulu, berdasarkan analisis kebutuhan listrik yang dinyatakan deficit, sedang dilaksanakan proyek PLTU batubara dengan kapasitas 2 X 100 MW. Tidak kurang dari 1 juta ton batubara akan dibakar setiap tahunnya, dengan hasil pembakaran 12 ton abu terbang. Perusahaan pelaksana menyatakan bahwa PLTU yang akan dibangun di Bengkulu adalah Mesin yang mempunyai teknologi tinggi, sehingga dapat dikatakan sebagai PLTU yang ramah lingkungan.Teknologi ESP atau electrostatic presipatory di claim menjadi jawaban atas lepasnya abu terbang yang selama ini menjadi biang keladi kerusakan lingkungan.
Petani, selain akan menerima dampak berupa hujan asam, juga akan berdampak kepada hilangnya sumber air. Wilayah tambang yang berada perbukitan dan menjadi wilayah tangkapan air akan membuat petani kehilangan produktivitasnya.
Laut juga tak lepas dari ancaman jika PLTU ini beroperasi, tidak kurang dari 50.000 m3/jam air laut akan disedot yang selanjutnya akan digunakan sebagai penyedia uap panas pemutar turbin, pipa besar yang dibenamkan ke laut akan berpengaruh terhadap biota laut terutama yang berada disekitar mulut pipa. Sisa penguapan sebesar 5% dari total jumlah air laut yang disedot akan dibuang kembali laut. Suhu rata air bahang ini adalah 40 – 45’C. pembuatan secara terus menerus akan berdampak meningkatnya suhu air laut disekitar pembuangan. Peningkatan suhu ini akan menyebabkan produktivitas flankton menurun dan bermuara kepada ikan akan menjauh untuk mencari wilayah yang lebih dingin. Terumbu karang diyakini akan mengalami bleaching dan mati.selain hilangnya wilayah peredaran ikan, hancurnya terumbu karang juga diyakini akan berdampak kepada semakin rapuhnya wilayah pesisir Bengkulu.
KONDISI KELISTRIKAN PROPINSI BENGKULU
Krisis listrik yang berkepanjangan memang telah membuat propinsi Bengkulu mengalami permasalah tersendiri yang memerlukan penanganan secara serius. PLTA tebing kaning yang berada di Bengkulu utara dengan alasan ketersediaan air telah mengalami kebangkrutan, PLTA Ulu Musi yang sejatinya mampu menyediakan 3 X 70 MW kenyataannya sekarang hanya mampu menyediakan tidak lebih dari 100 MW. Sementara disisi lain PLTA Tes yang beroperasi sejak tahun 1932 juga mengalami deficit air. Fakta ini menunjukan bahwa pemeliharaan kawasan penangkap air (Hutan) tidak berjalan sebagaimana mestinya. Laju kerusakan hutan propinsi Bengkulu telah menyebabkan ketersediaan air sebagai tenaga pembangkit mengalami deficit yang berkepanjangan.
Pembangunan pusat listrik tenaga panas bumi yang memiliki kapasitas 2 X 55 MW sepertinya mengalami problem yang juga cukup mengkhawatirkan. Longsor di Hulu Lais yang menyebabkan hancurnya satu sumur telah berakibat kepada kerugian yang cukup besar. PT pertamina Geothermal Energy claim tidak kurang dari 500 juta kerugian yang telah ditimbulkan akibat longsor.
Jaringan transmisi pekalongan kota Bengkulu yang sejatinya dapat menjadi salah satu jawaban dari krisis listrik di kota dan beberapa kabupaten sampai dengan sekarang ini belum juga dibangun. PLN beralasan untuk membangun jalur SUTET ini mengalami kendala terkait pembebasan lahan.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik propinsi Bengkulu, sekarang ini mengandalkan pembangkit listrik ramah lingkungan untuk wilayah lebong, rejang lebong dan kepahyang, pembangkit listrik tenaga diesel untuk kota, Bengkulu utara dan kabupaten Mukomuko, mengandalkan jaringan sumsel untuk wilayah Seluma dan Bengkulu selatan dan Kabupaten Kaur dengan menggunakan PLTD. Kemungkinan Kaur juga akan menggunakan jalur sumatera Selatan sebagai pemasok listrik.
RUPTL 2016-2025 mencanangkan Propinsi akan membangun pembangkit dengan kapasitas tidak kurang dari 600 MW. yang terdiri dari 200 MW dari PLTU batubara, sedangkan sisanya berasal dari eneri ramah lingkungan yaitu geothermal,PLTA/PLTMH dan pembangkit listrik tenaga biomassa.
Dilihat dari rencana tersebut dimana beberapa PLTA dan PLTMH tersebar sudah mulai dibangun, panas bumi sudah mulai di ekploitasi maka tidak kurang dari 300 MW listrik akan diproduksi dan beroperasi pada tahun 2019.
Atas dasar fakta ini dimana sekarang ini kebutuhan listrik Bengkulu berkisar 159MW dengan prediksi tahun 2015 tidak akan sampai 400 MW, Sementara Bengkulu selatan, Seluma dan kabupaten Kaur akan menggunakan jalur tranmisi Sumatera Selatan, sebanyak 200 MW, maka Bengkulu akan mengalami surplus lebih dari 150 MW. jika PLTU batubara beroperasi, maka Bengkulu akan mengalami surplus listrik lebih dari 300 MW.
Fakta ini menunjukan bahwa PLTU Batubara belum penting untuk dibangun, PLTU batu bara yang faktnya telah menyebabkan banyak kerusakan mulai dari hulu yang menjadi wilayah pertambangan, pengangkutan batubara yang telah menyebabkan kerusakan jalan serta pembakaran batubara yang menyebabkan kerusakan lingkungan secara massif, dan yang paling fenomenal adalah batubara menjadi penyumbang 40% dari emisi gas rumah kaca.
Laut yang menjadi wilayah tangkap rakyat juga tidak akan lepas dari ancaman. Pengambilan air laut yang selanjutnya dijadikan uap sebagai pemutar turbin akan memberikan pengaruh signifikan terhadap bioata laut, kematian flankton, kerusakan terumbu karang yang bermuara kepada hilangnya ikan akan menyebabkan nelayan harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan ikan
HUjan asam yang merupakan dampak langsung dari abu terbang sebagai hasil sisa pembakaran juga akan mempengaruhi kehidupan para petani, dimana hujan asam adalah penyebab utama dari kerusakan keseimbangan unsur hara tanah. terakhir PLTU bara akan berdampak kepada kesehatan warga terutama yang tinggal disekitar PLTU, dan menghancurkan atap rumah karena hujan asam bersifat korotif.
Atas dasar uraian diatas, apakah kita kelompok muda yang sekarang ini sedang memperingati hari sumpah pemuda akan berdiam diri saja membiarkan Bengkulu menjadi daerah dengan tingkat ancaman yang memang sudah tinggi menjadi wilayah semakin tinggi kerentanannya.
MARI BERSERU……..
Fakta yang dipaparkan tersebut sejatinya telah dapat membuat warga Bengkulu mempunyai dasar ilmiah yang kuat untuk menolak proyek PLTU yang akan didirikan di Kelurahan Teluk Sepang. Untuk itu maka seruan yang harus di suarakan adalah
- Pengetahuan tentang dampak PLTU batubara harus disebarluaskan. Atas dasar pengetahuan yang dimiliki maka pengambilan keputusan menerima atau menolak PLTU mempunyai dasar ilmiah yang kuat.
- Pemuda bergerak untuk membangun opini public yang menyatakan bahwa PLTU batubara bukan solusi untuk memenuhi kebutuhan listrik propinsi Bengkulu
- Dewan perwakilan rakyat harus didesak untuk menghentikan proyek PLTU, warga yang memiliki pengetahuan diyakini akan melakukan penolakan secara masal, karena keberanian cerdas akan menumbuhkan gerakan intelektual. Nelayan dan kaum tani harus bersuara karena PLTU batubara jika beroperasi dipastikan akan memberikan pengaruh buruk bagi keberlanjutan kehidupan kita semua.
Mari membangun keberanian cerdas kolektif dengan tujuan menjadikan Bengkulu sebagai media penghidupan yang memenuhi standar kehidupan yang layak. Cukup sudah kerusakan lingkungan yang telah terjadi, banjir dan longsor sudah terjadi dimana-mana, iklim sudah tak bisa lagi diprediksi. Jika mulai dari sekarang kapan lagi?