Kepada Yth,

KAWAN-KAWAN PENGGIAT LINGKUNGAN DAN AKTIVIS MAHASISWA

Di_

Tempat

 Hampir 6 bulan lamanya warga Kelurahan Teluk Sepang berjuang mencoba menghentikan rencana proyek PLTU yang dilaksanakan oleh PT. Tenaga Listrik Bengkulu (TLB) yang bekerjasama dengan investor Tiongkok. Pengiriman surat penolakan dalam bentuk pernyataan sikap, belajar tentang PLTU kewilayah lain sampai dengan melakukan serangkaian aksi yang dilaksanakan baik pada tingkat gedung seperti yang dilaksanakan di kantor ESDM, Shelter Tsunami Kelurahan Teluk Sepang sampai dengan aksi lapangan yang baru saja dilaksanakan di Kelurahan Teluk Sepang.

Begitu juga dengan aktivis lingkungan, serangkaian kegiatan untuk membuka mata hati para pengambil keputusan untuk menghentikan rencana proyek PLTU secara terus menerus dilaksanakan. Aksi-aksi pada saat penyusunan dokumen AMDAL, melakukan serangkaian tekanan kebeberapa pihak sampai dengan aksi lapangan di kantor BLH juga telah dilaksanakan.

Namun dari semua rangkaian kegiatan yang dilaksanakan tersebut, Negara dalam hal ini pemerintah sepertinya tidak bergeming dan tetap teguh mempertahankan rencana proyek PLTU dengan memberikan ruang seluasnya-luasnya kepada perusahaan.

Sebagaimana kita telah ketahui bersama bahwa proyek PLTU yang akan menelan dana tidak kurang dari 1,3 Trilyun akan dibangun di tanah PT. PELINDO II dengan daya 2 X 100 MW. Tidak kurang dari I Juta ton Batubara akan dibakar guna menghidupi mesin pembangkit. Juga tidak kurang dari 12 ton abu terbang setiap hari yang akan dihasilkan dan dapat di pastikan akan menyelimuti kota Bengkulu.

Pernyataan pihak perusahaan yang menyatakan bahwa teknologi pembangkit berbahan bakar batubara sekarang ini sudah mencapai teknologi bersih sepertinya masih jargon semata, hal terbukti dimana Negara para pengusaha PLTU seperti Tiongkok dan China sedang mengalami krisis udara bersih akibat pembangkit listrik batubara.

Indonesia terutama pulau jawa di beberapa daerah yang memiliki pembangkit listrik bertenaga batubara sudah mengalami krisis udara bersih pada tingkat yang cukup mengkuatirkan. Suralaya, Pelabuahan Ratu, Indramayu serta beberapa wilayah lainnya yang sekarang ini sedang berjuang menghentikan PLTU batubara yang sedang beroperasi. Telah mengalami banyak permasalahan terutama pada bidang kesehatan dan hilangnya mata pencarian awal mereka.

Tentu saja aksi penolakan ini tidak dapat dilaksanakan secara buta, pengetahuan yang mumpuni terhadap dampak PLTU harus di ekplorasi secara massif, dan yang terpenting adalah kelompok ilmuwan seharusnya bertanggung jawab secara keilmuannya agar pengetahuan ini menjadi konsumsi public,  diskusi-diskusi harus dibangun, dan pungkasan dari semua pengelolaan pengetahuan tersebut adalah pernyataan sikap yang dituangkan dalam berbagai instrument dengan tujuan akhir batubra bukan jalan pemenuhan kebutuhan listrik di Propinsi Bengkulu. Masih banyak sumber energy lainnya yang jauh lebih ramah terhadap lingkungan yang sekarang ini sedang dibangun dan siap untuk di panen hasilnya.

Atas dasar semua fakta diatas, saatnya bagi kita semua untuk segera merapatkan barisan dan melakukan penolakan secara bersama-sama atas dasar pengetahuan terkait dampak PLTU. Karena sekarang ini saatnya untuk menghentikan proyek PLTU batubara di Teluk Sepang, karena jika sudah berdiri dan beroperasi maka dapat dipastikan kita semua akan menerima dampak buruknya dan yang lebih menakutkan lagi dengan investasi sebesar itu, maka diyakini akan sangat sulit untuk menghentikannya.

Terakhir, jika surat terbuka ini mengganggu aktivitas kawan-kawan semua, kami yang sedikit memiliki pengetahuan tentang dampak buruk PLTU Batubara mohon dimaafkan.

  

Mari Bergerak Sebelum Semuanya Terlambat

 Kontak Person : Hardion (085383206444)

14724648_10205784605893551_4340290728006442427_n

14650285_10202249725040403_645464865764343550_n 14563492_10205784590053155_1755664043775416897_n

14725681_10205784606773573_1342250093169476480_n

14725512_10205784607413589_2249904212676399839_n

14717312_10154527647696855_6191524072499588338_n